Bahrul Ulum Dot Com

Mendukung Internet Marketing Indonesia

LightBlog

Breaking

19 September 2015

Hari Raya Idul Adha 2015

Pemerintah RI menetapkan  hari Idul Adha 1436H jatuh pada tanggal 24 September 2015


Pemerintah menetapkan Awal Dzulhijjah 1436H jatuh pada tanggal 15 September 2015. Sehingga hari Idul Adha 1436H jatuh pada tanggal 24 September 2015. Berdasarkan laporan hasil pengamatan tim rukyat hisab Kementerian Agama yang disampaikan Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Muhtar Ali yang menyatakan bahwa para petugas rukyat di seluruh titik hingga pukul 13.00 wib tidak melihat hilal.Penetapan dilakukan oleh Menteri Agama diwakili oleh Dirjen Bimas Islam Machasin saat sidang isbat penetapan awal Dzulhijjah .

Hari Raya Idul Adha 2015




Dengan demikian, bulan Dzulqaidah diistikmalkan 30 hari, dan tanggal 1 Dzulhijjah 1436H jatuh pada hari Selasa, 15 September 2015. Penetapan dilakukan di Auditorium HM Rasjidi Kantor Kemenag Jalan MH Thamrin No. 6 Jakarta, Minggu (13/9).

"Dengan tidak terlihatnya hilal, maka bulan Dzulqaidah diistikmalkan menjadi 30 hari, dan 1 Dzulhijjah 1436H jatuh pada tanggal 15 September 2015," kata Machasin.

Demikian pula dengan keputusan pemerintah Arab Saudi. Sebagaimana dikutip dari laman Al Arabiya, Senin (14/9), Arab Saudi mengumumkan bahwa Idul Adha 1436 hijriah jatuh pada Kamis (24/9) waktu setempat.

Sumber news: http://www.kemenag.go.id/ dan republika.co.id/

Berita ketetapan tanggal satu Dzulhijjah sudah diketahui, lalu apa saja sih yang sebaiknya kita lakukan di bulan Dzulhijjah atau juga dikenal dengan bulan Haji ini ?

Manfaatkan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah



Hari-hari sepuluh pertama bulan Dzulhijjah mempunyai keistimewaan tak ternilai. Karana Allah SWT tidak akan bersumpah terhadap sesuatu kecuali sesuatu kecuali karena makna serta keutamaannya yang teramat penting.

Allah SWT berfirman, ”Demi waktu fajar (pagi hari) dan sepuluh malam (bulan Dzulhijjah)”. (QS. Al-Fajr 89: 1-2)

Demikian pesan disampaikan Ust. Amiruddin Thamrin MA, Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) Suriah di Damaskus, Selasa (2/12)

Keagungan dan keutamaan 10 hari-hari pertama bulan Dzulhijjah diperkuat dengan hadits yang diriwayatkan oleh Ibn Abbas, bahwa tidak ada satu amal saleh yang lebih dicintai oleh Alloh melebihi amal saleh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).

Bahkan dalam hadits tersebut dinyatakan bahwa amal saleh pada hari-hari itu disejajarkan bahkan lebih tinggi dari amalan jihad di jalan Allah.

Amal sholeh mempunyai makna luas dan universal, karena aspek perbuatan yang mempunyai nilai manfaat bagi diri sendiri dan orang lain termasuk amal saleh yang mendapatkan ganjaran jika diiringi dengan rasa keimanan dan keikhlasan karena Allah. Akhlak dan perilaku mulia terhadap sesama tanpa memandang siapupun dia merupakan juga inti dari amal saleh.

Puasa sunah, shalat-shalat sunah, zikir, sedekah, tilawah al-Qur’an merupakan bagian dari amalan saleh ini, dan merupakan perbuatan yang disunnahkan.

Standar kecintaan Allah SWT kepada hamba-Nya dan sebaliknya adalah dapat diukur dari amalan perbuatan hamba, terutama amalan-amalan sunah yang sangat luas yang menandakan bukti cinta hamba kepada Allah, juga bukti cinta Allah SWT kepada hambaNya, karena Dia pula yang dengan cintanya menganugerahkan nikmat dorongan dan daya tarik untuk melakukan amalan-amalan tersebut.

Amalan-amalan wajib bisa saja terpaksa dilakukan karena didasarkan rasa takut akan siksa-Nya, namun amalan-amalan sunah karena sifatnya yang tidak mengikat adalah bukti cinta hamba terhadap Khaliq-Nya.

Pada gilirannya jika hamba dekat dengan Allah SWT melalui amalan-amalan sunah akan timbul apa yang dideklar Tuhan dalam satu hadits qudsi “Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.”

Hari-hari 10 pertama bulan Dzulhijjah ada hari Arafah dan hari Nahar (Idul Qurban), hari-hari yang penuh dengan keutamaan adalah kesempatan bagi semua umat baik yang berhaji maupun yang belum mempunyai kesempatan memenuhi panggilan haji untuk bertaqarrub dan disunahkan untuk berpuasa pada-hari-hari agung ini dan khususnya pada hari Arafah yang sangat besar pahalanya sesuai hadits,“Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim).

“Selama masih ada kesempatan mari untuk memanfaatkan hari-hari pertama bulan Dzulhijjah ini dengan penuh keikhlasan dan harapan akan ridha-Nya,” demikian Ust Amirudin. (nam)

Sumber  Manfaatkan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah : http://www.nu.or.id/


Nah.. diatas sudah dipaparkan amalan apa saja yang sebaiknya dilakukan semasa 10 hari awal bulan Haji atau 10 hari menjelang hari raya idul Adha.  Lalu dibawah ini ada beberapa amalan Sunnah disaat Idul Adha

Enam Amalan Sunnah di Idul Adha


Idul Fitri dan Idul Adha datang sekali dalam satu tahun. Keduanya adalah hari besar Islam dengan fadhilah yang berbeda. Masing-masing memiliki keutamaannya sendiri dan juga memeiliki kesunnahan yang berbeda.
Ibadah sunnah tahunan ini mempunyai ciri khas masing-masing, Hari Raya Idul Fitri misalnya ditengarai dengan saling bermaaf-maafan, berkunjung kesanak family dan para kerabat. Berbeda dengan Hari Raya Idul Adha yang dikenal dengan Hari Raya Kurban atau Hari Raya Haji, karena pada hari itu kegiatan kurban dan ibadah haji dilaksanakan.

Sebagai ibadah tahunan, maka hendaknya kita laksanakan dengan sesempurna mungkin dengan menjalankan semua amalan-amalan sunnah pada hari tersebut dengan niat tulus dan mengharap pahala dari Allah SWT. Berikut kesunahan yang dianjurkan oleh para ulama’,

1. Mengumandangkan Takbir


Mengumandangkan takbir di Masjid-masjid, Mushalla dan rumah-rumah pada malam hari raya, dimulai dari terbenamnya matahari sampai imam naik ke mimbar untuk berkhutbah pada hari raya idul fitri dan sampai hari terakhir tanggal 13 Dzulhijjah pada hari tasyriq. Karena pada malam tersebut kita dianjurkan untuk mengagungkan , memuliakan dan menghidupkannnya, anjuran ini sebagaimana terdapat dalam Kitab Raudlatut Thalibin .

Teks Bacaan Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha
Teks Bacaan Takbiran Idul Fitri dan Idul Adha


Disunahkan mengumandangkan takbir pada malam hari raya mulai terbenamnya matahari, dan sangat disunahkan juga menghidupkan malam hari raya tersebut dengan beribadah.

Sebagian fuqaha’ ada yang memberi keterangan tentang beribadah dimalam hari raya, yaitu dengan melaksanakan shalat maghrib dan isya’ berjama’ah, sampai dengan melaksanakan shalat subuh berjama’ah.


2. Mandi


Mandi untuk shalat Id sebelum berangkat ke masjid, hal ini boleh dilakukan mulai pertengahan malam, sebelum waktu subuh, dan yang lebih utama adalah sesudah waktu subuh, dikarenakan tujuan dari mandi adalah membersihkan anggotan badan dari bau yang tidak sedap, dan membuat badan menjadi segar bugar, maka mandi sebelum waktu berangkat adalah yang paling baik. Berbeda jika mandinya setelah pertengahan malam maka kemungkinan bau badan akan kembali lagi, begitu juga kebugaran badan.

Disunnahkan mandi untuk shalat Id, untuk waktunya boleh setelah masuk waktu subuh atau sebelum subuh, atau pertengahan malam.

Kesunahan mandi adalah untuk semua kaum muslimin, laki-laki maupun perempuan, baik yang akan akan berangkat melaksanakan shalat Id maupun bagi perempuan yang sedang udzur syar’I sehingga tidak bisa melaksanakan shalat Id.

3. Memakai Wangi-wangian


Disunahkan memakai wangi-wangian, memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau-bau yang tidak enak, untuk memperoleh keutamaan hari raya tersebut. Pada hakikatnya hal-hal tersebut boleh dilakukan kapan saja, ketika dalam kondisi yang memungkinkan, dan tidak harus menunggu datangnya hari raya, misalnya saja seminggu sekali saat hendak melaksanakan shalat jum’at. Dalam kitab Al-Majmu’ Syarhul Muhaddzab terdapat keterangan mengenai amalan sunnah ini,

Disunnahkan pada hari raya Id membersihkan anggota badan dengn memotong rambut, memotong kuku, menghilangkan bau badan yang tidak enak, karena amalan tersebut sebagaimana dilaksanakan pada hari jum’at, dan disunnahkan juga memakai wangi-wangian.

4. Memakai Pakaian Bersih dan Baik


Keempat, memakai pakaian yang paling baik lagi bersih dan suci jika memilikinya, jika tidak memilikinya maka cukup memakai pakaian yang bersih dan suci, akan tetapi sebagian ulama’ mengatakan bahwa yang paling utama adalah memakai pakaian yang putih dan memakai serban.

Berkaitan dengan memakai pakaian putih, ini diperuntukkan bagi kaum laki-laki yang hendak mengikuti jama’ah shalat Id maupun yang tidak mengikutinya, semisal satpam atau seseorang yang bertugas menjaga keamanan lingkungan, anjurannya ini tidak terkhususkan bagi yang hendak berangkat shalat saja, melainkan kepada semuanya.

Sedangkan untuk kaum perempuan, maka cukuplah memakai pakaian yang sederhana atau pakaian yang biasa ia pakai sehari-hari, karena berdandan dan berpakaian secara berlebihan hukumnya makruh, begitu juga menggunakan wangi-wangian secara berlebihan. Dalam Kitab Raudlatut Thalibin dijelaskan,

Disunnahkan memakai pakaian yang paling baik, dan yang lebih utama adalah pakaian warna putih dan juga memakai serban. Jika hanya memiliki satu pakaian saja, maka tidaklah mengapa ia memakainya. Ketentuan ini berlaku bagi kaum laki-laki yang hendak berangkat shalat Id maupun yang tidak. Sedangkan untuk kaum perempuan cukupla ia memakai pakaian biasa sebagaimana pakaian sehari-hari, dan janganlah ia berlebih-lebihan dalam berpakaian serta memakai wangi-wangian.

Sabda Nabi SAW berikut memberi penjelasan tentang memakai pakaian yang paling baik, riwayat dari Sahabat Ibnu Abbas RA,

Rasulullah SAW di hari raya Id memakai Burda Hibarah (pakaian yang indah berasal dari yaman).

5. Berjalan kaki menuju Tempat Sholat Id


Ketika berjalan menuju ke masjid ataupun tempat shalat Id hendaklah ia berjalan kaki karena hal itu lebih utama, sedangkan untuk para orang yang telah berumur dan orang yang tidak mampu berjalan, maka boleh saja ia berangkat dengan menggunakan kendaraan. Dikarenakan dengan berjalan kaki ia bisa bertegur sapa mengucapkan salam dan juga bisa bermushafahah (Bersalam-salaman) sesama kaum muslimin. Sebagaimana sabda Nabi SAW riwayat dari Ibnu Umar,

Rasulullah SAW berangkat untuk melaksanakan shalat Id dengan berjalan kaki, begitupun ketika pulang tempat shalat Id.

Selain itu dianjurkan juga berangkat lebih awal supaya mendapatkan shaf atau barisan depan, sembari menunggu shalat Id dilaksanakan ia bisa bertakbir secara bersama-sama di masjid dengan para jama’ah yang telah hadir. Imam Nawawi dalam Kitabnya Raudlatut Thalibin menerangkan anjuran tersebut,

Bagi yang hendak melaksanakan shalat Id disunahkan berangkat dengan berjalan kaki, sedangkan untuk orang yang telah lanjut usia atau tidak mampu berjalan maka boleh ia menggunakan kendaraan. Disunnahkan juga berangkat lebih awal untuk shalat Id setelah selesai mengerjakan shalat subuh, untuk mendapatkan shaf atau barisan depan sembari menunggu dilaksanakannya shalat.

6. Sunnah Makan setelah Sholat Iedul Adha


Untuk Hari Raya Idul Adha disunnahkan makan setelah selesai melaksanakan shalat Id, berbeda dengan Hari Raya Idul Fitri disunahkan makan sebelum melaksanakan shalat Id. Pada masa Nabi SAW makanan tersebut berupa kurma yang jumlahnya ganjil, entah itu satu biji, tiga biji ataupun lima biji, karena makanan pokok orang arab adalah kurma. Jika di Indonesia makanan pokok adalah nasi, akan tetapi jika memiliki kurma maka hal itu lebih utama, jika tidak mendapatinya maka cukuplah dengan makan nasi atau sesuai dengan makanan pokok daerah tertentu.

Diriwayatkan dari Sahabat Buraidah RA, bahwa Nabi SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan, dan pada hari raya Idul Adha sehingga beliau kembali kerumah.

Diriwayatkan juga dari Sahabat Anas RA,

Rasulullah SAW tidak keluar pada hari raya Idul Fitri sampai beliau makan beberapa kurma yang jumlahnya ganjil.

Dengan demikian, anjuran makan pada hari raya Idul Adha adalah setelah selesai melaksanakan shalat Id, alanglah lebih baik jika ia makan kurma sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, akan tetapi jika tidak mendapati kurma, bolehnya ia makan dengan yang lain, misalnya nasi bagi rakyat Indonesia, disesuaikan dengan makanan pokok daerah tertentu.

Pen. Fuad H. Basya/Red. Ulil H.
Sumber "Enam Amalan Sunnah di Idul Adha" : http://nu.or.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Maaf Juragan,Bos-bos, Komentarnya jangan spam yah. Yang Komentnya spam tdk akan saya tampilkan. Yang ada Link di Komentar juga tdk akan saya tampilkan.Trimakasih atas pengertiannya.
Apa itu Komentar Spam menurut saya?
Silahkan lihat disini : Contoh SPAM..