Bahrul Ulum Dot Com

Mendukung Internet Marketing Indonesia

LightBlog

Breaking

23 Agustus 2015

08.05

Belajar Memiliki Hati Lembut

Belajar + berlatih memiliki hati yang lembut

Orang yangg berhati lembut... bukan orang yang cengeng,,
Lihatlah Umar bin Khottob , sahabat Nabi yang dikenal sang  jawara yang paling  disegani , bahkan setan pun takut pada nya.
Tapi kita semua tau bahwa Umar RA adalah orang yang mudah menangis  tatkala mendengar ayat Quran dan melihat kesusahan orang lain...
Ya.. Umar RA adalah orang yg keras fisik tapi ber hati lembut....
Orang yang hatinya lembut... akan mudah menerima taufik dan hidayah
Orang yang  hatinya lembut... akan mudah menerima kebenaran yang hak...

Image dari : 4ever-luph.blogspot.com


Masalah nya bisakah kita mempunyai hati yang lembut ??
kenapa kita tdk punya hati yg lembut ??



Mari kita latih dengan membaca salah satu kisah dibawah ini...
baca perlahan, jika mata kita sembab, badan merinding,,
itu pertanda kita sudah mulai memiliki  hati yg lembut..
Insya Allah pun mudah menerima kebenaran ,
mudah menerima taufik dan hidayah...  Aamiiin.

----------------------------------------------
Nangis saya baca cerita ini...

HARI ini sesosok wanita tua mengetuk pintu kaca toko. “Bu… Beli kue saya… Belum laku satupun… Kalau saya sudah ada yang laku saya enggak berani ketuk kaca toko ibu…”

Saya persilakan beliau masuk dan duduk. Segelas air dan beberapa butir kurma saya sajikan untuk beliau.

“Ibu bawa kue apa?”
“Gemblong, getuk, bintul, gembleng, Bu.”

Saya tersenyum… “Saya nanti beli kue ibu… Tapi ibu duduk dulu, minum dulu, istirahat dulu, muka ibu sudah pucat.”

Dia mengangguk. “Kepala saya sakit, Bu.. Pusing, tapi harus cari uang. Anak saya sakit, suami saya sakit, di rumah hari ini beras udah gak ada sama sekali. Makanya saya paksain jualan,” katanya sambil memegang keningnya. Air matanya mulai jatuh.

Saya cuma bisa memberinya sehelai tisu…

“Sekarang makan makin susah, Bu…. Kemarin aja beras gak kebeli… Apalagi sekarang… Katanya bensin naik.. Apa-apa serba naik.. Saya udah 3 bulan cuma bisa bikin bubur… Kalau masak nasi gak cukup.

Hari ini jualan gak laku, nawarin orang katanya gak jajan dulu. Apa apa pada mahal katanya uang belanjanya pada enggak cukup…”

“Anak ibu sakit apa?” Saya bertanya.

“Gak tau, Bu… Batuknya berdarah…”

Saya terpana. “Ibu, Ibu harus bawa anak Ibu ke puskesmas. Kan ada BPJS…”

Dia cuma tertunduk. “Saya bawa anak saya pakai apa, Bu? Gendong gak kuat.. .Jalannya jauh… Naik ojek gak punya uang…”

“Ini Ibu kue bikin sendiri?”

“Enggak, Bu… Ini saya ngambil.” jawabnya.

“Terus ibu penghasilannya dari sini aja?”

Dia mengangguk lemah…

“Berapa Ibu dapet setiap hari?”

“Gak pasti, Bu… Ini kue untungnya 100-300 perak, bisa dapet Rp4 ribu -12 ribu paling banyak.”

Kali ini air mata saya yang mulai mengalir. “Ibu pulang jam berapa jualan?”

“Jam 2.. .Saya gak bisa lama lama, Bu.. Soalnya uangnya buat beli beras… Suami sama anak saya belum makan. Saya gak mau minta-minta, saya gak mau nyusahin orang.”

“Ibu, kue-kue ini tolong ibu bagi-bagi di jalan, ini beli beras buat 1 bulan, ini buat 10x bulak-balik naik ojek bawa anak Ibu berobat, ini buat modal ibu jualan sendiri. Ibu sekarang pulang saja… Bawa kurma ini buat pengganjal lapar…”

Ibu itu menangis… Dia pindah dari kursi ke lantai, dia bersujud tak sepatah katapun keluar lalu dia kembalikan uang saya. “Kalau ibu mau beli.. Beli lah kue saya. Tapi selebihnya enggak bu… Saya malu….”

Saya pegang erat tangannya… “Ibu… Ini bukan buat ibu… Tapi buat ibu saya… Saya melakukan bakti ini untuk ibu saya, agar dia merasa tidak sia-sia membesarkan dan mendidik saya… Tolong diterima…” Saya bawa keranjang jualannya. Saat itu aku memegang lengannya dan saya menyadari dia demam tinggi. “Ibu pulang ya…”

Dia cuma bercucuran airmata lalu memeluk saya. “Bu.. Saya gak mau ke sini lagi… Saya malu…. Ibu gak doyan kue jualan saya… Ibu cuma kasihan sama saya… Saya malu…”

Saya cuma bisa tersenyum. “Ibu, saya doyan kue jualan Ibu, tapi saya kenyang… Sementara di luar pasti banyak yang lapar dan belum tentu punya makanan. Sekarang Ibu pulang yaa…”

Saya bimbing beliau menyeberang jalan, lalu saya naikkan angkot… Beliau terus berurai air mata.

------------------------------------------------- end
Semoga hati kita makin lembut...  Aamiiin
Wallahu a’lamu bishshowwab...

Sumber Kisah : posting dari Whatsapp

04 Agustus 2015

22.22

Pasar Gembrong Kebakaran 04 Agustus 2015

Pasar Gembrong Kebakaran pada malam 04 Agustus 2015.

Lagi asyiknya nyantai , tiba-tiba ada berita dari seorang teman lewat Whatsapp, kalo pasar gembrong kebakaran. Inna Lillahi waiina ilaihi rojiuun...

Psasr gembrong yang terkenal dengan grosiran mainan anak-anak ini memang sudah lama menjadi pusat jual beli dari masyarakat seluruh jakarta  bahakan mungkin seluruh Indonesia, Harga nya yang murah meriah menjadi daya tarik tersendiri untuk para pembeli.

Mari kita doakan agar kebakarannya tidak terlalu luas dan para pedagang serta yag terkena musibah diberi ketabahan dan kesabaran oleh Allah Swt. Aamiiiin

Photo-photo Pasar Gembrong Kebakaran



Pasar Gembrong Kebakaran
Pasar Gembrong Kebakaran